Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Senin, 23 Juli 2012

KPR News- Rabu, 11 Juli 2012 sebanyak 40 peserta pelatihan dan pendampingan Pengelolaan SDA Lokal "Membangun dan Mengembangkan Basis Ekonomi Melalui Pelatihan Dan Pendampingan Masyarakat Desa" Di Wilayah Eksplorasi PT. Semen Gresik melakukan Study Banding di Kampung Batik Herbal Imogiri Yogyakarta.

Study banding ini dilakukan oleh Koalisi Perempuan Ronggolawe (KPR) bekerjasama dengan PT. Semen Gresik selama 6 bulan. Ini merupakan fase keempat setelah dilakukan fase sebelumnya yaitu interview, opening program dan pelatihan capacity building.

Fase ini dilakukan selama satu hari penuh dan dipandu langsung oleh Bapak Ahmadi, Ketua paguyuban kampung batik herbal. Para peserta diajak untuk berkeliling di kampung tersebut guna melihat beberapa kelompok yang sedang melakukan proses membatik. Selain hal tersebut, peserta juga melakukan sharing tentang alur membatik mulai dari proses awal hingga menjadi batik siap jual di pasaran.

Untuk melakukan sharing dengan warga di kampung tersebut, peserta dibagi menjadi 2 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 20 perempuan dan didampingi 3 orang pendamping. Rombongan kelompok pertama mengunjungi kelompok Sekar Arum yang diketuai oleh pak Ahmadi. Rombongan kelompok kedua mengunjungi kelompok Sekar Kedaton yang diketuai oleh Pak Jazir Hamid.

Para peserta berdiskusi secara langsung dengan anggota dari kelompok batik tersebut. Selain itu juga terjadi tanya jawab tentang cara melakukan pewarnaan dengan menggunakan pewarna yang berasal dari tumbuhan. Setelah melakukan kunjungan peserta terlihat antusias untuk bisa segera melakukan pelatihan membatik.

"Setelah melihat dan mendengar secara langsung tentang proses membatik, saya jadi tidak sabar untuk mencoba. Dan saya harap pelatihan di Tuban segera dilaksanakan", kata Ibu Nurjannah salah satu peserta yang berasal dari Desa Tuwiri Kulon.

Study banding ini memang dimaksudkan untuk bisa memberikan motivasi dan gambaran kepada para peserta. Terutama pemahaman dalam memanfaatkan tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar untuk diolah menjadi barang bernilai ekonomi.

"Ini merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh KPR untuk memberikan motivasi kepada peserta. Selain itu juga memberikan pemahaman secara langsung tentang proses pewarnaan batik herbal", kata Nunuk Fauziyah ketua Koalisi Perempuan Ronggolawe. "Tujuannya untuk memanfaatkan tumbuhan yang tidak bernilai supaya diolah menjadi produk yang layak jual. Dalam hal ini tumbuhan baik kulit ataupun daun-daunan dijadikan bahan dasar pewarna batik", imbuh perempuan berkerudung coklat tersebut.(TSU)